Mulyanita, Guru BK di Sekolah Humanis


Saat duduk di Sekolah Dasar, pasti ada momen ketika guru menanyakan kepada murid-muridnya mengenai apa impian mereka di masa depan. Saat teman-teman lain menjawab ingin menjadi dokter, polisi, pilot, atau astronot, saya sendiri menjawab ingin menjadi guru. Guru menjadi profesi yang mulia sekaligus sangat berarti bagi saya sampai sekarang. Di tulisan kali ini, saya akan mengajak pembaca untuk mengenal seorang guru yang ingin menebar manfaat melalui tulisannya di samping kesibukannya mengayomi murid-muridnya di sekolah, yaitu Mbak Mulyanita.

Siapa Sih Mbak Mulyanita?

Mulyanita adalah seorang guru BK (Bimbingan dan Konseling) di SMA School of Human, Bekasi. Guru BK? Di benak kita—setidaknya saya yang dulu—ketika mendengar guru BK pasti akan membayangkan guru killer, seram, polisi sekolah dan lain-lain. Saya tidak terlalu mengikuti seperti apa pemikiran murid-murid hari ini tentang guru BK, apakah masih terkesan killer atau malah bisa menjadi tempat berbagi. Terlebih sekarang urusan soal mental health sudah menjadi perhatian banyak orang.

Di luar stigma negatif tentang guru BK tersebut, Mulyanita sebagai guru BK menjadi pengayom dan sosok ibu bagi murid-muridnya. Murid-muridnya pun biasa memanggil Mulyanita dengan sebutan “Ummi”. Tentunya menjadi sosok orang tua bagi murid ini penting ketika menjadi guru BK, karena murid-murid akan lebih mudah dibimbing ketika ada permasalahan di sekolah.


Guru BK di Sekolah Humanis

Salah satu hal yang menarik bagi saya juga adalah institusi tempat Mulyanita mengajar, SMA School of Human. Dari namanya saja, kita sudah tahu bahwa sekolah ini cukup berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Saya juga baru tahu mengenai sekolah ini setelah mewawancarai Mbak Mulyanita.

Menurut penuturannya, sekolah anti-mainstream ini memang mengedepankan pengajaran mengenai nilai-nilai humanisme. Salah satunya dengan membangun iklim sekolah dengan suasana kekeluargaan, seperti panggilan untuk guru-gurunya bukan “bu guru” atau “pak guru”, tapi Pakle, Bulek, Pakde, Bunda, Abah, Uda, Kakak, Ummi (seperti panggilan Mulyanita) dan lain-lain.

Tentunya ini hal yang baru bagi saya, mungkin juga bagi teman-teman yang membaca tulisan ini. Sekolah ini juga ingin menjadi tempat untuk mengeksplorasi minat dan bakat para muridnya, agar lebih siap menghadapi tantangan di dunia yang serba digital ini dengan tetap memegang sisi humanisnya.

Motivasi Menulis di Blog


Belajar Keterampilan Baru

Di tengah kesibukannya menjadi guru BK, ia juga ingin mencoba hal-hal baru, salah satunya kegiatan blogging. Pertama kali mengenal dunia blogging saat mengikuti pelatihan menulis untuk guru.

“Saya pertama kali kenal dengan blog itu sewaktu ikut pelatihan menulis untuk guru. Tugas dari pelatihan menulis itu ya membuat tulisan berupa resume pelatihan. Tugas resume ini di-posting di blog. Lalu nanti para peserta diminta berkunjung ke blog peserta lainnya (blog walking) juga diminta berkomentar.”

Mulyanita awalnya ingin mengenal dunia blogging karena ingin belajar keterampilan-keterampilan baru. Setelah itu menulis menjadi sesuatu yang ia suka.

“Ternyata penulis itu tidak hanya menghasilkan buku tapi bisa juga di media sosial. Jadi saya mau belajar lebih banyak ketrampilan yang berhubungan dengan dunia yang saya suka yaitu menulis.” 

 

Menebar Hal Positif

Selain belajar hal baru, Mulyanita juga ingin menebar hal-hal positif dan bermanfaat melalui tulisan di blog. Hal yang mendasarinya adalah ketika mengikuti pelatihan menulis untuk guru.

Pada pelatihan itu, narasumber bercerita mengenai oknum guru yang membuat nama guru tercoreng, kemudian narasumber mengajak para guru untuk meramaikan sosial media dengan prestasi dan hal-hal bermanfaat, karena hal tersebut jarang terangkat ke publik.

Melalui dunia blogging, Mulyanita ingin mewujudkan tersebut dengan menulis dan membagikan hal-hal yang bermanfaat seputar dunia pendidikan, isu-isu psikologi dan lainnya.



Belajar Blogging di Blogspedia 

Saat ini, Mulyanita sedang aktif mengikuti pelatihan blog yang diadakan Blogpedia bersama Mbak Marita Ningtyas.  Ia mengaku banyak sekali hal baru yang ia dapatkan dari pelatihan blogging tersebut. 

Saya jadi banyak tahu bahwa menulis di blog bukan sekedar menulis di media digital terus publish, selesai. Tapi ternyata banyak tools yang bisa dioptimalkan supaya blognya cantik, tulisannya berbobot, blognya bisa dibaca oleh banyak pembaca bahkan bisa menghasilkan uang dari blog.

Selain juga mendapat teman-teman baru yang suka blogging, Mulyanita juga jadi makin tahu banyak soal SEO (Search Engine Optimamizaation) dan adab-adab blogging.

Salah satu hal yang menarik juga saat ikutan Blogspedia, saya jadi tahu bahwa komen di blog juga ada tata caranya, kalo gak jadi spam. Terus juga baru kenalan sama yang namanya "SEO friendly" untuk mengoptimalkan tulisan kita ada di mesin pencarian Google. Sebelumnya, saya taunya kalo mau tulisan banyak dibaca ya share aja ke grup-grup yang kita ikuti. 


Harapan Setelah Pelatihan Blogspedia

Tentunya, banyak harapan yang ingin terlaksana setelah mengikuti pelatihan blogging di Blospedia, salah satunya tetap konsisten menulis di blog. Untuk memaksimalkan blog-nya, ia ingin fokus menulis hal-hal yang ia kuasai saat ini.

Saya ingin mulai dari satu bidang yang cukup saya kuasai yaitu dunia pendidikan. Lebih spesifiknya saya ingin bahas tentang pandangan atau pengalaman saya dalam isu-isu yang cukup booming di dunia mereka atau isu-isu psikologi. Karena memang latar pekerjaan saya guru bimbingan dan konseling.

 

Setelah belajar banyak di pelatihan Blogspedia, harapannya ia ingin terus mengasah, berlatih, dan menerapkan ilmu yang ia dapatkan dari pelatihan Blogspedia.

Pastinya supaya beneran jadi keterampilan harus terus diterapkan, dilatih dan belajar terus.

 

Jika teman-teman pembaca ingin tahu lebih jauh tentang Mbak Mulyanita dan penasaran dengan tulisan-tulisannya, silakan bisa dikunjungi langsung blognya. Menurut kalian kira-kira apa saja pelajaran yang bisa diambil dari cuplikan singkat kisah Mbak Mulyanita ini?



Posting Komentar

8 Komentar

  1. Wah guru BK yang manis 🤍
    Menurutku kalau guru BK suka nulis itu, lebih bisa memahami anak didik daripada mereka yang ga suka nulis. Karena dalam proses menulis itu yang butuh banyak kepekaan, kesabaran dll

    Keren nih mbaknya 👍

    BalasHapus
  2. Pasti akan banyak insight dari setiap murid yang ditemui dan dihadapi

    BalasHapus
  3. Guru BP, biasanya paling banyak dihindari oleh teman-teman jaman sy SMA dulu, padahal sebenarnya sangat dibutuhkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa karena memang terkesan seram jadi gak didekatin

      Hapus
  4. Guru BP yang banyak ditakuti, pada dasarnya adalah orang-orang yang baik. Saya suka dengan tulisanmu mas..tetap semangat dan terus berkarya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasi mbak semoga betah baca tulisa-tulisan di sini

      Hapus

Silakan, semua masukan dan kritikan sangat berarti bagi penulis