Mengapa Saya Menulis? (Sebuah Perjalanan Kepenulisan)



Bila engkau bukan putra raja atau putra ulama besar, maka menulislah.
—Imam Al-Ghazali

Kutipan di atas lumayan sering saya lihat dipakai sebagai caption saat ada acara-acara pelatihan kepenulisan, mungkin juga ada beberapa orang yang terinspirasi untuk menulis dan menjadi alasan kuat mengapa mereka menulis setelah membaca perkataan dari salah satu ulama besar Islam tersebut.

Mengapa Saya Menulis?

Sayangnya, saya bukan termasuk salah satu orang yang terinpirasi dari kutipan itu. Pertama kali saya tergugah untuk menulis adalah ketika saya lumayan sering membaca novel-novel yang saya pinjam dari teman ketika di pondok pesantren. Waktu itu saya hanya ingin sedikit rehat dari kegiatan-kegiatan padat di pesantren dengan membaca novel.  

Setelah membaca puluhan novel, saya tersadar, “Mengapa saya tidak berusaha menjadi seperti penulis-penulis itu?” Seperti yang diketahui, kebanyakan lingkungan pesantren tidak memberikan akses ke gadget, sehingga saya memulai “karir” kepenulisan saya dengan menulis cerita-cerita harian di buku bersampul hitam yang masih tersimpan rapi di lemari sampai sekarang.


Cita-Cita dan Ketidakkonsistenan

Sejak SMA, ketika ditanya apa cita-cita saya, saya menjawabnya dengan jawaban yang terlalu general, “Menjadi orang yang bermanfaat,” jawab saya. Saya kemudian berpikir, menulis bisa menjadi salah satu sarana untuk menjadi orang yang bermanfaat, setidaknya bagi diri saya sendiri. Karena di banyak momen ketika menulis, saya merasakan ada perasaan lega dalam hati dan kepala, seperti melepaskan berkilo-kilo beban. Plong!

Semangat ini pun terus saya bawa sampai sekarang, walaupun penyakit terbesar saya dalam menulis adalah tidak konsisten. Jurnal harian di buku bersampul hitam tersebut terbengkalai, beberapa kali juga saya menulis di berbagai platform media sosial setelah selesai mondok juga mandek. Jika berbicara soal perkembangan, saya bisa katakan bahwa saya berkembang dengan sangat lambat.

Dalam perjalanan kepenulisan saya, saya tidak terlalu banyak mengikuti pelatihan-pelatihan kepenulisan, hanya beberapa saja. Saya lebih banyak hanya menulis begitu saja. Beberapa hari belakangan, saya mulai mengikuti pelatihan Blogging Blogspedia bersama Marita Ningtyas. Dua hari lalu, materi pertama sudah diberikan dan ada tugas untuk menulis alasan mengapa menulis di blog.

Tulisan saya di atas saya rasa sudah bisa menggambarkan alasan saya menulis, tapi kenapa memilih platform blogger, saya bisa katakan bahwa ini adalah salah satu usaha saya agar bisa lebih konsisten dalam menulis. Jujur saja, saya butuh teman-teman di komunitas yang bisa membangkitkan gairah saya dalam menulis. Dan komunitas blogging menyediakan hal itu. Di samping itu, menulis di blog lebih fleksibel dibanding platform-platform lainnya, apalagi jika kita sudah menguasai tools-nya. Makanya saya cukup bersemangat mengikuti pelatihan ini.

Setelah sampai di titik ini, saya berusaha meyakini bahwa platform blog ini bisa menjadi titik awal saya untuk lebih berkembang lagi dan konsisten dalam menyajikan tulisan-tulisan yang bermanfaat. 


Sebuah Usaha Untuk Bangkit

Ketika menonton film dokumenter The Alchemist of Happiness, saya terinspirasi dengan proses pencarian kebenaran yang dilakukan oleh Imam al-Ghazali. Dalam film tersebut, diceritakan kehidupan Imam al-Ghazali saat masa remaja hingga wafat. Tapi hal yang diketengahkan adalah fase-fase hidup beliau yang tak pernah berhenti mencari kebenaran spiritualnya, dimulai dari kota lahirnya Thus, kemudian guru di Madrasah Nizamiyyah, lalu terkenal menjadi seorang pemikir filsafat dan ilmu kalam, hingga akhirnya harus melakukan perjalanan untuk mendamaikan jiwanya dan kembali dengan membuahkan karya-karya cemerlangnya di bidang tasawuf.

Tentunya, Imam al-Ghazali menjadi inspirasi bagi banyak orang, tak hanya di kalangan umat Islam, di kalangan intelektual Barat, karya-karya Imam al-Ghazali juga sering menjadi objek kajian. Semangat beliau dalam pencarian kebenaran tersebut perlu saya teladani dalam kehidupan ini, khususnya dalam proses kepenulisan saya. Saya harus berusaha belajar dan mencoba berbagai hal, semoga hal ini bisa menjadi landasan saya untuk terus semangat dalam membuahkan tulisan-tulisan, setidaknya seperti yang saya katakan di atas, bisa bermanfaat buat diri saya sendiri.


Manajemen Waktu

Salah satu hal yang bisa saya usahakan agar tetap konsisten, menurut saya adalah dengan mengatur waktu menulis saya dengan lebih baik lagi. Sebelum menulis, tentu saya butuh membaca lebih banyak buku, artikel, dan referensi lain agar tidak mengalami writer block. Selain itu, ide-ide liar yang bisa datang tak kenal waktu harus secepatnya saya tulis di note agar tidak hilang. Kemudian ide-ide tersebut saya kelompokkan menjadi konten-konten tulisan yang lebih lengkap dan tetapkan deadline di setiap ide untuk diposting di blog.

Pemetaan ide ini perlu dilakukan agar saya mempunyai acuan dalam menulis, tidak ada lagi yang namanya tulisan terbengkalai jika sudah ada perencanaan konten sebelumnya dan komitmen dengan perencanaan tersebut. Untuk memanajemen waktu penulisan konten, kita bisa meluangkan 1-2 jam sehari untuk menulis. Waktu yang sedikit itu bisa kita fokuskan, jika bisa memaksimalkan waktu yang hanya sedikit itu, saya rasa kita bisa tetap konsisten dalam menulis di blog.

Manajemen waktu memang menjadi salah satu kelemahan saya dalam menulis. Saya tipe orang yang tidak pandai dalam melakukan perencanaan. Hal yang saya sebutkan di atas, hanya sebuah abstraksi di kepala yang jarang saya lakukan. Mungkin terkait manajemen waktu tersebut, saya butuh bantuan teman-teman yanh sedang membaca tulisan ini, siapa tahu kita bisa sharing mengenai kendala-kendala teman-teman saat menulis, apakah termasuk juga dalam hal manajemen waktu? Jika sudah ada yang bisa menangani masalah tersebut, saya rasa saya bisa lebih banyak belajar lagi soal tersebut kepada teman-teman.

Keep trying to be better than yesterday everyone!

Posting Komentar

13 Komentar

  1. Kalo aku kendalanya hampir sama. Sampe sekarang masih belum konsisten buat post di blog🙂
    Waktu awal buat emang karna akunya yg sering lupa dan nyerah duluan sebelum berjuang wkwk. Tapi alhamdulillah akhir2 ini nggak separah dulu. Sekarang aku lebih konsen buat nulis tiap hari walaupun ngga dipost di blog. Itung2 latian kalo misal ada topik buat nulis postingan blog. Harapannya sih bisa nyelesein topik yg mau aku tulis. Pokoknya asal ngga mandeg aja wkwk.
    Soalnya pernah dulu bikin planning per berapa minggu post, bahkan udah ada topiknya, tapi yaaa begitulah😃
    Oiyaa, semangat berjuang!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat ya ngontennya🫡

      Hapus
    2. semoga bisa istiqamah walaupun belum dipublish, menulis di catatan sendiri aja udah bisa jadi rekreasi pikiran

      Hapus
  2. Sebagai emak muda yang juga suka menulis, manajemen waktu dan tenaga adalah hal terberat buat Saya. Tapi bukan manusia namanya kalau stagnan dan nggak mau cari cara untuk keluar dari masalah. Yang paling penting menurut Saya untuk seorang blogger memanajemen waktunya adalah prioritas dan kemauan untuk berubah jadi lebih baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak setuju, ininy kita harus terus mencoba apa yang kita bisa

      Hapus
  3. Aku udah buat dulu banget kan blog tapi akhirnya banyak sarang laba-labanya 😅. Bismillah pisan euy semoga konsisten ngeramut blog

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe bismillah, semoga kita bisa sama-sama konsisten

      Hapus
  4. Suka dengan sejarahnya.. Semoga bisa konsisten lagi kedepannya untuk menulia.. Semangat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa huhu mudahan bisa tetap bisa menyajikan tulisan yang bermanfaat

      Hapus
  5. Baca ini jadi dapat ilmu baru ttg sejarah Islam, khususnya Al Ghazali. Nuhun ya om.. Kalau saya suka dalam membuat perencanaan, meski tuk blog belum buat perencanaan yg matang, hehe. Masih harus belajar nih. Kalau soal manajemen waktu, sekarang sih lagi semangat menerapkan konsep 1-2 jam tuk blogging per harinya. Semoga bisa konsisten sampai akhir. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamin semoga kita bisa memanfaatkan platform blog ini dengan lebih baik dengan manajemen waku yang baik juga

      Hapus
  6. Semangat mas, setelah ini kita bareng-bareng rajin menulis yukk, biar cita-cita apapun terwujud

    BalasHapus
    Balasan
    1. yuk bisa, insyaallah kalo kita berusaha terus

      Hapus

Silakan, semua masukan dan kritikan sangat berarti bagi penulis