Salah satu julukan Mesir di antaranya adalah Negeri Seribu Menara. Julukan ini tentunya mengarah kepada banyaknya masjid-masjid yang berdiri di segala penjuru Mesir. Di antara banyaknya masjid-masjid tersebut, ada 3 masjid bersejarah di Mesir yang yang wajib kamu kunjungi kalo ke Mesir. Langsung aja cek yuk!
Masjid Bersejarah di Mesir
1. Masjid Amr bin al-Aas
Masjid Amr Ibn Al-Aas adalah masjid pertama yang dibangun di Mesir dan seluruh Afrika pada tahun 642 M, pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab. Masjid ini dibangun di kota Fustat, ibu kota lama Mesir, di tempat yang sama di mana Amr Ibn Al-Aas mendirikan tendanya. Masjid ini masih dianggap sebagai salah satu masjid terpenting di kawasan Kairo Lama, serta dibuka untuk turis dan pengunjung.Saat pertama kali dibangun, masjid ini terbilang sangat sederhana; tanpa tiang, atapnya terbuat dari pohon korma dan kayu. Lalu pada tahun 673 M, Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan memerintahkan agar bangunannya direnovasi total. Kemudian masjid ini juga mengalamai beberapa renovasi lagi pada masa Khalifah Abdul Aziz bin Marwan dan masa kekhalifahan Abbasiyah.
Setelah kota Fustat dibakar di tangan Tentara Salib, Salah al-Din al-Ayyubi melakukan restorasi menyeluruh pada tahun 1172 M. Masjid ini mengalami siklus pembongkaran dan pembangunan kembali, dan pada akhirnya dibiarkan, dan kondisinya semakin memburuk hingga saat kedatangan Napoleon Bonaparte di Mesir pada tahun 1798 M. Bangunan masjid saat ini dibangun pada abad ke-19 M, dan masih mempertahankan beberapa desain dan dekorasi lama yang ditambahkan sepanjang sejarah.
Salah satu hal yang menarik, masjid ini terletak di komplek Majma’ Adyan (Perkumpulan Agama-Agama) yang menjadi wajah toleransi antar umar beragama. Karena di sekitar masjid ini ada bangunan gereja dan sinagog tertua di Mesir juga yang masih bertahan hingga sekarang.
2. Masjid Muhammad Ali
Masjid Muhammad Ali adalah salah satu masjid bersejarah yang terkenal di Kairo. Masjid ini didirikan oleh Muhammad Ali Pasha antara periode 1830 M hingga 1848 M dengan gaya Ottoman, mirip dengan Masjid Sultan Ahmed di Istanbul. Kadang-kadang disebut Masjid Alabaster karena seringnya penggunaan marmer jenis ini di kelongsong dindingnya.
Penerus Muhammad Ali Pasha merawat masjid, sehingga mereka menyelesaikan bangunan dan menambahkan beberapa tambahan sederhana. Mereka juga menjadikannya markas untuk perayaan hari besar keagamaan tahunan. Para penerus itu di antaranya adalah Abbas Hilmi Pasha I, Muhammad Said Pasha, Ismail Pasha, dan Tawfiq Pasha.
Namun proses pemugaran terbesar adalah pada masa pemerintahan Fuad I yang memerintahkan masjid tersebut dikembalikan ke kemegahannya yang dulu setelah temboknya retak akibat cacat teknik.
Masjid ini terletak di dalam komplek istana Sultan Salahuddin Al-Ayyubi yang dibangun pada tahun 1176 M, dan selesai pada masa pemerintahan raja Nasir al-Din Muhammad bin al-Malik al-Adil pada tahun 1207 M.
Sejak Muhammad Ali Pasha mengambil alih kekuasaan Mesir, ia merawat istana Shalahuddin dan memperbaiki temboknya. Kemudian mulai mendirikan kantor, sekolah, industri dan percetakan, senjata pabrik, meriam, peralatan kavaleri & infanteri, serta di sebelahnya didirikan arsip.
Setelah menyelesaikan perbaikan istana, ia memutuskan untuk membangun sebuah masjid (Masjid Muhammad Ali) di mana ia dan stafnya akan melakukan tugas-tugas keagamaan, dan menambahkan kuburan sebagai tempat peristirahatan terakhirnya. Masjid ini dibangun di bagian tanah Istana Al-Ablaq yang didirikan oleh Sultan Al-Nasir Muhammad bin Qalawun pada tahun 1314 M.
3. Masjid Al-Azhar
Pada tanggal 7 Ramadhan 972 M, shalat Jumat pertama diadakan di masjid ini setelah selesai dibangun. Setelah jatuhnya Dinasti Fatimiyah, masjid Al-Azhar jatuh di tangan Shalahuddin al-Ayyubi.
Era Dinasti Mamluk dianggap sebagai salah satu era paling cemerlang dan terbaik di mana Al-Azhar Al-Sharif hidup. Adapun era Ottoman, sultan Ottoman menunjukkan rasa hormat yang besar terhadap masjid ini dan para ulama yang mengajar di sana. Meskipun pada masa itu Dinasti Mamluk dan Ottoman tengah berperang.
Namun, selama periode itu, masjid menjadi tempat terbaik bagi orang Mesir dan para penuntut ilmu dari berbagai negara. Ia menjadi pusat pertemuan terbesar para penuntut ilmu, dan di masa itu juga mulai diajarkan ilmu filsafat dan logika untuk pertama kalinya.
Sampai saat ini, masjid Al-Azhar menjadi pusat keilmuan Islam dan berkembang menjadi universitas yang masih berdiri hingga sekarang. Program di masjid Al-Azhar saat ini masih berjalan dengan pengajaran ilmu-ilmu syariah, logika, ilmu hadits dan Al-Qur’an.
Pada bulan Ramadhan kemarin, Al-Azhar membagikan paket berbuka gratis bagi mahasiswa asing sebanyak 3000 paket tiap harinya. Banyak juga event-event penting lainnya diadakan di masjid ini.
Seperti beberapa bulan lalu, masjid Al-Azhar menerima kunjungan dari Pangeran Charles beserta keluarganya. Dengan didampingi oleh Grand Syeikh Al-Azhar, Syekh Ahmad al-Thayyib, yang mengenalkan bahwa Al-Azhar terus berusaha menyebarkan nilai-nilai Islam yang moderat dan toleran.
Itulah di antara sejarah di balik tiga masjid bersejarah di Mesir. Masih banyak tentunya hal yang tidak disampaikan di tulisan ini, dan tentunya masih banyak kekurangan. Semoga bermanfaat!
2 Komentar
MasyaAllah... Dari dulu pengen jalan-jalan ke Negeri Kinanah buat jelajah masjid. Baca tulisan ini jadi makin pengen...
BalasHapusMasyaAllah...indah2 bgt masjidnya,jd pengen berkunjung langsung
BalasHapusSilakan, semua masukan dan kritikan sangat berarti bagi penulis